Pada Hari kedua kami di Ranah Minang, kami mengarahkan perjalanan ke utara kota Padang, yaitu daerah Bukit Tinggi, sepanjang perjalanan kami menyempatkan berhenti di beberapa tempat baik Obyek Wisata ataupun tempat kuliner.

gua jepang–bukit tinggi | the atmojoPerjalanan ke pusat kota Bukit Tinggi kami awali dengan berkunjung ke Taman Panorama, dimana terletak obyek wisata sejarah lobang (gua) jepang dan pemandangan ke arah Ngarai Sianok. Untuk memasuki lobang jepang, pengunjung perlu merogoh kocek sebesar Rp 4.000,- saja. Sistem tiket sudah tertata rapi, hanya satu kekurangannya yaitu tidak adanya panduan mengenai seluk-beluk sejarah lobang jepang disana. Mau tak mau jika ingin mengetahui sejarah dari lobang jepang kita harus merogoh kocek tambahan untuk menyewa pemandu.

Gua Jepang yang ada di Bukittinggi berada di dasar bukit, yang harus ditempuh dengan menuruni sekitar 132 anak tangga (sekitar lho… karena hasil penghitungannya beda-beda). Bagi yang jarang olahraga mungkin bakal terasa lumayan juga untuk mencapai dasarnya gua jepang–bukit tinggi | the atmojo.

Hawa dingin langsung menyambut begitu kami mencapai dasar gua, membuat badan langsung terasa segar dan keringat pun tidak lagi mengalir. Kondisi Gua Jepang disini sungguh relatif sangat tertata, lampu penerangannya menyala menerangi jalanan gua, seluruh dinding gua juga telah diplester dengan rapi, sangat berbeda kondisinya dengan Gua Jepang di daerah Dago Bandung.

gua jepang–bukit tinggi | the atmojoBanyak juga lorong-lorong yang dipagar dan didalamnya nampak seperti dibuat semacam museum lengkap dengan diorama, tapi masih belum selesai dikerjakan (entah akan selesai dikerjakan atau tidak … gua jepang–bukit tinggi | the atmojo).

Mengunjungi tempat bersejarah seperti ini sangat hambar jika tidak mendengarkan cerita sejarahnya, kamipun sempat curi-curi dengar dari rombongan lain yang memiliki pemandu mengenai sejarah Gua ini  gua jepang–bukit tinggi | the atmojo.