Mencicipi “Steak Hotel by Holycow” | the atmojo

Di bulan puasa kali ini saya berkesempatan untuk mencoba salah satu resto steak di daerah senopati yang sedang booming “Steak Hotel by Holycow”. Sebenarnya sudah lama saya ingin mencicipi steak hotel ini, namun baru kali ini berkesempatan untuk mampir. Menu andalannya? yang terkenal di jagat maya dan pembicaraan dengan rekan-rekan yaitu menu steak Wagyu.

Apa istimewanya steak Wagyu? bagi saya yang bukan penggemar steak sejati, cerita mengenai keempukan daging wagyu seperti mitos belaka, tapi penggemar steak sangat menyukai keempukan dan karakter marble dari daging Wagyu.

Ketika pertama kali sampai lokasi, terlihat deretan mobil-mobil pengunjung Steak Hotel yang parkir. Saat itu menunjukkan pukul 19.15, kondisi masih ramai dan saya menjadi waiting-list untuk 1 pengunjung lagi. Sembari menunggu panggilan saya melihat-lihat ke arah dapur Steak Hotel yang terletak di bagian depan tempat makan, karena terpisah dengan tempat makannya, asap tidak terlalu menggangu para pengunjung. Terlihat sekilas sepertinya Steak Hotel menggunakan pemanggang tipe Gas BBQ.

Setelah menunggu sekitar 10 menit saja, saya dipanggil oleh waitress dan diantar ke meja di posisi bar. Posisi duduk tidak terlalu nyaman, terlalu tinggi dan kondisinya sangat ramai, tapi setidaknya tidak bau asap Mencicipi “Steak Hotel by Holycow” | the atmojo. Saatnya memesan makanan, saya melihat-lihat menu tipis yang dibalut dengan cover kulit, langsung saya mencari menu Wagyu. Ada 3 steak Wagyu ukuran 200 gram yang disediakan yaitu Sirloin (93 ribu), Rib Eye (98 ribu), Tenderloin (150 ribu). Saya memesan steak Wagyu Rib Eye dengan tingkat kematangan Well Done, walaupun konon Rib Eye paling enak kalau dimasak medium atau medium-well. Dengan tingkat kematangan Well Done, saya mengira steak saya akan lumayan keras. Sausnya ada 3 pilihan: Mushroom (asin), Black pepper (pedas + asam), dan BBQ (manis), saya memilih menggunakan saus mushroom. Untuk minuman saya pesan Ice Lemon Tea dan bisa refill dengan harga 13 ribu.

Tanpa menunggu lama, hanya sekitar 10 menit pesanan saya sudah datang. Steak Wagyu Rib Eye dengan grill-mark yang menarik plus saus mushroom berwarna putih sangat menggugah selera. Aroma steak ini tidak terlalu mencolok hanya sedikit aroma BBQ. Ketika memotong steak ini, terasa sangat mudah, keempukannya bagus. Ketika dicicipi benar-benar terasa empuk, dagingnya segar, tidak terlalu lama di marinate, bumbunya terasa minimalis asin dan gurih, dan sangat berminyak. Sensasi minyaknya mungkin berasal dari marble pada daging wagyu. Menurut saya steak ini cukup dinikmati tanpa sausnya Mencicipi “Steak Hotel by Holycow” | the atmojo. Rasa dari sausnya sendiri, menurut saya tidak istimewa sekedar enak. Untuk pelengkapnya kentang dan potongan buncis juga biasa-biasa saja.


Ketika memotong steak ini, terasa sangat mudah, keempukannya bagus. Ketika dicicipi benar-benar terasa empuk, dagingnya segar, tidak terlalu lama di marinate, bumbunya terasa minimalis asin dan gurih, dan sangat berminyak


Satu porsi steak Wagyu Rib Eye, sudah cukup membuat saya kekenyangan setelah seharian puasa.

Kesimpulannya, Steak Wagyu di Steak Hotel by Holycow recommended untuk dicoba Mencicipi “Steak Hotel by Holycow” | the atmojoMencicipi “Steak Hotel by Holycow” | the atmojoMencicipi “Steak Hotel by Holycow” | the atmojo.

Tenderloin New Zealand

Mencicipi “Steak Hotel by Holycow” | the atmojo

Juicy Tenderloin New Zealand

Di lain kesempatan akhirnya saya mencicipi menu steak Tenderloin New Zealand (masih di bulan yang sama Mencicipi “Steak Hotel by Holycow” | the atmojo), harganya sekitar setengah dari steak Wagyu Rib Eye, seharga 55 Ribu. Kali ini saya memesan saus Barbeque untuk menemani steak Tenderloin seberat 200 gram yang dimasak Well Done. Minumnya tetap pesan ice lemon tea refill Mencicipi “Steak Hotel by Holycow” | the atmojo. Seperti sebelumya, proses menunggu hanya sekitar 10 menit, agak kaget melihat penampakan dagingnya yang relatif tebal (2 kali ketebalan steak wagyu), sempat ragu apa bisa matang sampai kedalam nih? padahal saya pesan yang Well Done. Ternyata daging tebal itu dibelah dua saat dipanggang, jadi bagian tengahnya pun ikut matang.

Dari segi penampilan, steak hotel memang jempolan, apalagi mengingat harganya yang tidak premium, grill mark nampak jelas. Dari segi rasa kurang lebih sama dengan steak Wagyu, hanya berbeda dari liatnya daging New Zealand yang terasa lebih ‘alot’. Yang pasti steak Tenderloin New Zealand ini tidak terlalu berminyak seperti Steak Wagyu, dan saya lebih cocok dengan karakter sedikit minyak tersebut. Kesimpulannya steak Tenderloin New Zealand, dengan harga 55 ribu rupiah sangat pantas untuk dicoba Mencicipi “Steak Hotel by Holycow” | the atmojoMencicipi “Steak Hotel by Holycow” | the atmojoMencicipi “Steak Hotel by Holycow” | the atmojo.


Dari segi rasa kurang lebih sama dengan steak Wagyu, hanya berbeda dari liatnya daging New Zealand yang terasa lebih ‘alot’. Yang pasti steak Tenderloin New Zealand ini tidak terlalu berminyak seperti Steak Wagyu


berikut review-review lain tentang Steak Hotel by Holycow:

alamat: Jl. Bakti No. 15 , Senopati – Jakarta Selatan


Lihat Holy Cow di peta yang lebih besar