Hari Kedua, perjalanan di Natuna, sepakat kami semua akan mengunjungi pulau Panjang. Karena kesulitan untuk akses peta, saya pun 100% percaya kepada arahan teman-teman yang lebih lama berada di Natuna.
Dari pusat kota Ranai, kami mengambil jalur ke arah Utara, pulau Panjang ini memang terletak di bagian paling Utara dari Natuna. Jalanan yang mulus beraspal mengiringi perjalanan, sambil sesekali pemandangan pantai berpasih putih nan jernih menghibur mata. Perjalanan kurang lebih 1 jam dengan kecepatan rata-rata 60-70km/jam, sama sekali tidak terasa membosankan. Sepanjang perjalanan kami, sangat jarang ada kendaraan lain yang berpapasan, yup jalan disini sangat lowong, dan kami sempat berfoto-foto menghalangi jalan tanpa harus takut ada kendaraan yang bakal lewat.
Ternyata eh ternyata, teman-teman juga belum pernah ada yang berkunjung kesini, dan seperti diduga, kami ternyata sudah melewati tujuan. “Patokannya, tidak terlalu jauh setelah jalan beraspal habis tinggal belok kanan ke pelabuhan”, kami pun mengikuti petunjuk dari salah satu senior yang pernah berkunjung ke Pulau Panjang beberapa waktu lalu. Jalan beraspal sudah habis ditempuh, sampai kami melalui jalan berkapur yang terkadang melalui jembatan pohon kelapa (iya betul jembatan pohon kelapa ). Sampai akhirnya kecemasan memuncak, tapi tujuan belum juga kelihatan, mau bertanya pun tidak ada orang yang terlihat. Beruntung ada motor yang diparkir, dan tidak jauh dari sana ada bapak-bapak yang sedang meninjau hutan. Bergegas kami inisiatif untuk turun dan bertanya, dan ternyata saudara-saudara, kami sudah jauh melewati tempat tujuan. Ternyata… petunjuk tidak jauh dari jalan aspal sudah tidak valid, karena pembanguna jalan di Natuna ini sedang gencar-gencarnya . Tidak ingin membuang waktu, kami pun berputar dan bergegas menuju ke Pelabuhan Teluk Buton.
Akhirnya setelah celingak-celinguk takut kehilangan petunjuk, kami pun sampai di desa Teluk Buton, dimana terdapat pelabuhan menuju Pulau Panjang. Tidak lama menunggu, kontak kami yang akan mengantar Pulau Panjang pun menghampiri dan menuntun jalan menuju Pelabuhan. Wisata di Pulau Panjang, memang belum terlalu berkembang, jadi wajar saja kalau tidak terdapat sarana yang memadai. Langsung saya terkesima dengan kejernihan air di sekitar dermaga, sangat jernih dan tidak ada sampah yang mengambang. Mungkin inilah salah satu keuntungan dari belum berkembangnya wisata di sini, lingkungan masih sangat asri.
Di ujung dermaga, kapal yang kami naiki sudah menanti. Kami pun harus menuruni tanggal vertikal setinggi kurang lebih 2 meter untuk menaiki kapal. Oiya, kapal semacam ini di Natuna lazim disebut dengan “pom-pom”, mungkin karena bunyi mesinnya yang memang terdengar seperti “pom-pom pom-pom”. Jangan pula berharap kapal luas yang nyaman ya, setidaknya cukup berfungsi untuk mengantarkan kami ke Pulau Panjang.
Hanya butuh waktu sekitar 20 menit, untuk mencapai titik paling Selatan dari Pulau Panjang, agak terkaget ketika melihat ke daratan Pulau Panjang, dipenuhi “sampah” hitam kontras dengan jernihnya air. Setelah kapal merapat, semakin jelaslah “sampah” hitam yang terlihat ternyata ada sisa buah kelapa (dan anggota pohon kelapa lain) yang terhanyut dan terkumpul di daratan Pulau Panjang.
Tidak sabar, kami pun segera turun dari kapal untuk mencicipi berenang-renang di air yang begitu jernih. Ternyata sangat sulit menempuh jalan darat, karena pasirnya yang terlalu halus sehingga kaki pun selalu “jeblos” ke dalam pasir. Selain putih bersih, pasir di Pulau Panjang ini juga super halus. Akhirnya kamipun menceburkan diri di pantai yang airnya sangat tenang tidak berombak. Segar…
Setelah bosan berenang-renang di pantai nan tenang, kamipun naik kapal lagi dan bergeser ke lokasi yang lebih utara, dimana lebih banyak terumbu karang. Kamipun menghabiskan waktu dengan snorkling ria dan diakhiri dengan makan siang lesehan pinggir pantai, sebelum akhirnya kami berpindah lokasi lagi ke arah utara.
Sepanjang perjalanan menuju ke arah Utara Pulau Panjang, kami disuguhi pemandangan yang begitu memukau mata, air jernih nan dangkal yang dipenuhi oleh karang. Tidak lama berselang, kamipun sampai di daerah penangkaran Penyu Pulau Panjang.
Pemandangan yang memukau pun menyambut kami, kombinasi warna kayu yang termakan cuaca dengan latar belakang hijaunya air sungguh memanjakan mata. Hanya ada beberapa rumah yang ada di area ini, sungguh sunyi. Konon kabarnya rumah-rumah ini memang tidak selalu ditempati karena banyak anak-anak yang harus bersekolah di Natuna selama weekdays.
Menginjakkan kaki di dermaga kayu, ternyata tidak sekokoh tampilannya. Terasa jembatan yang kami lalui bergoyang tiap kali kaki melangkah. Kami pun menuju kolam penangkaran penyu kecil alias tukik yang menunggu masa untuk dilepas kembali ke lautan. Menurut info pemandu kami, penangkaran penyu ini diadakan secara swadaya sebagai bentuk inisiatif warga Pulau Panjang, sungguh mengagumkan.
Setelah melihat-lihat dan mengobrol, kamipun memutuskan untuk kembali ke Pelabuhan Teluk Buton. Tidak lupa, sebelum meninggalkan Pulau Panjang, saya mencoba untuk menuju ke pemukiman warga melalui jembatan (lebih tepat sih disebut titian karena ukurannya yang sangat sempit), dan ternyata… saya tidak sanggup , sudah sempit bergoyang pula jembatannya.
Ya sudah, daripada resiko tercebur bersama barang bawaan, saya undur diri saja dan segera menaiki kapal. Good Bye Pulau Panjang, nice to meet you.
Ilman
Panji Tri Atmojo