Catu daya bagi para designer sistem embedded seringkali tidak direncakan dengan baik atau “hanya seadanya”… yang paling sederhana adalah penggunaan IC Regulator Standar (Linear) semacam seri 7805, 7812 dan 78XX lainnya
Harus diakui penggunaan catu daya tersebut biasanya sudah mencukupi untuk memenuhi kebutuhan standar.
Namun, ketika sistem embedded dituntut dapat beroperasi terus menerus dalam keadaan yang tidak ideal (dalam casing tertutup, Beban arus yang besar) seringkali catu daya standar sudah tidak mampu lagi unjuk gigi.. Kendala yang paling umum adalah masalah panas (thermal) berlebihan sehingga mengganggu kinerja sistem.
Dari permasalahan tersebut Catu daya Switching muncul untuk mengisi kebutuhan aplikasi. Catu daya Switching terbagi menjadi beberapa topologi yang ditentukan oleh kebutuhan input, output dan daya.
Menurut Abraham Pressman dalam bukunya “Switching Power Supply Design”, Catu daya Switching terbagi menjadi 2 keluarga (family) yaitu:
-
Non – Isolated (Menggunakan Induktor sebagai penyimpan energi)
-
Isolated (Menggunakan Transformer sebagai penyimpan energi atau transfer energi)
Masing – masing golongan (family) tersebut terbagi menjadi topologi – topologi populer
Untuk non – isolated antara lain:
-
Buck (Step Down)
-
Boost (Step Up)
-
Inverting (Buck Boost)
Sedangkan untuk isolated terbagi menjadi:
-
Flyback
-
Forward
-
Push Pull
-
Half Bridge
-
Full Bridge
Pemilihan family dan topologi sangat ditentukan pada aplikasi dari catu daya tersebut. Beberapa faktor yang menentukan antara lain:
-
Tegangan input
-
Arus input
-
Tegangan output
-
Arus output
-
Daya maksimal
Ima Mbul
lentra
kalau contoh kehidupan nyatanya untuk orang awam,saran saya nikmati saja :D bentuknya ga keliatan dari luarnya =D
myun
salam kenal..
kunjungi juga blog saya fakultas teknik unand
Skynet Jogja