Bagi yang belum pernah mendengar nama Es Krim Ragusa, berikut sekelumit sejarahnya, sudah ada sejak 1932, bisnis Es Krim Ragusa didirikan oleh dua orang bersaudara berkebangsaan Italia, Luigi & Vincenzo Ragusa. Keduanya merintis penjualan es krim ini di Bandung, yang kemudian berekspansi hingga ke Gambir (Jakarta) Fair. Bisinis mereka berkembang hingga era 1945 alias era kemerdekaan Indonesia ,dimana banyak orang asing pelanggan Ragusa harus meninggalkan Indonesia, hingga akhirnya mereka harus menutup toko mereka di Bandung. Pada tahun 1947, mereka akhirnya membuka kedai es krim Ragusa di Jl. Veteran Jakarta yang masih bertahan hingga hari ini.

Menikmati Es Krim Italia Ragusa | the atmojo

Dengan sejarahnya yang panjang, ekspektasi masyarakat pun dapat dipastikan membesar untuk merasakan sensasi es krim legendaris ini. Saya dan istri mencoba memesan menu Banana Split dan vanilla Ice cream single scoop. Hanya sebentar menunggu, pesanan kami pun disajikan plus dua gelas air putih untuk menetralisir rasa manis dari es krim. Banana Split disajikan dengan begitu menarik & menggugah selera, namun ice cream vanilla tampil dengan sederhana saja.

Berbicara soal rasa, menurut (selera) saya sekedar enak saja, tidak terlalu spesial. Dari tekstur memang lembut, tapi dari sisi rasa dan kombinasinya terasa kurang spesial, padahal saya sudah memesan menu unggulan di sini, Banana Split. Apalagi rasa pisangnya yang raw tanpa pengolahan apapun, menurut selera saya kurang mantab (hehe sekali lagi ini bicara soal selera yang relatif yah).

Mungkin juga yang jadi unggulan adalah kesegaran es krim nya yang konon dibuat hari ini dan dikonsumsi hari ini juga, jadi bebas pengawet dan lebih sehat. Selain itu, bahan baku susu yang digunakan adalah susu low-fat yang lebih sehat, namun tentunya ada sedikit sensasi lemak yang hilang dari rasanya Menikmati Es Krim Italia Ragusa | the atmojo. Tapi, kalau dibandingkan rasanya dengan es krim pabrikan modern, justru saya malah lebih meyukai yang modern Menikmati Es Krim Italia Ragusa | the atmojo.

Yang agak kurang mendukung itu justru suasananya, bukannya kesan vintage yang terasa, justru kesannya malah terlalu ramai dan kurang terawat, tempat duduk yang disediakan pun jauh dari kesan cozy. Apalagi ditambah dengan banyaknya pedagang yang berjualan makanan persis di depan kedai Es Krim ini, membuat suasananya jadi kurang mendukung. Pada saat mendekati jam makan siang, kedai ini juga menjadi terlalu ramai dan pengunjung harus sabar mengantri untuk memesan dan menikmati sajiannya. Dari sisi suasana menurut saya Es Krim Ragusa sudah kehilangan kesan klasik yang seharusnya menjadi nilai plus dari bisinis mereka.

Urusan harga, relatif tidak mahal namun tidak bisa dibilang murah juga, apalagi kalau dibandingkan dengan es krim pabrikan yang dijual di swalayan.

Menikmati Es Krim Italia Ragusa | the atmojo

Menikmati Es Krim Italia Ragusa | the atmojo

Last but not least, penilaian saya tentu saja sangat subyektif dan sangat bergantung pada momen kapan kita berkunjung, intinya worth to try lah, selamat mencicipi dan bernostalgia yah di Es Krim Ragusa.


Lihat Es Krim Ragusa di peta yang lebih besar

Referensi

  1. http://www.thejakartapost.com/news/2003/06/01/ragusa-still-offering-scoop-or-two-70-years.html
  2. http://www.thejakartaglobe.com/archive/my-jakarta-sias-mawarni-owner-of-legendary-ragusa-ice-cream-shop/