Sebagai pengguna pemula sistem kamera Sony Alpha, saya menyadari bahwa aksesoris flash untuk Sony Alpha (menggunakan hotshoe sony) relatif lebih langka dibanding merek lain. Tergerak untuk mencoba wireless flash di kamera saya, proses search, browsing, dan tanya forum pun dilakukan. Berikut hasil pencarian dan uji coba yang sudah saya lakukan
Metode Trigger Flash
Kamera yang saya gunakan, Sony Alpha 300, memiliki kemampuan memicu flash off-shoe secara wireless, dengan cara menggunakan flash internalnya. Sayangnya cahaya dari flash internal ini sering mengganggu konsep pencahayaan yang diinginkan, karena arahnya selalu datang dari arah atas kamera dan tidak bisa diubah-ubah. Sempat saya mencoba menghalangi cahaya dari flash internal menggunakan selotip dan kertas karton hitam, hasilnya flash slave (off-shoe) sering tidak ter-trigger. Jadi saya mencoba cara lain yang lebih reliable.
Jika ingin memicu flash off-shoe tanpa gangguan cahaya flash internal, dibutuhkan perangkat tambahan berupa wireless trigger (transmitter dan receiver). Saya sendiri mencoba menggunakan wireless trigger tipe PT-04 S1 (Transmitter & receiver) dan PT-04 NE (Receiver)- harganya sangat terjangkau.
Sayangnya sejauh hasil pencarian, belum ada wireless trigger untuk sistem Sony Alpha yang support TTL (Kecuali Pixel Bishop, tapi saya belum temukan reviewnya), terpaksa flash apapun yang digunakan harus dioperasikan pada mode manual ketika menggunakan wireless trigger tambahan.
Alternatif lainnya adalah menggunakan flash yang support wireless flash Master (HVL-F42, HVL-F43, HVL F58, dll), dengan arah flash head menjauhi obyek (agak sia-sia memang ) untuk men-trigger wireless flash slave dalam mode TTL.
Metode trigger di atas dapat dirangkum dalam tabel berikut:
Metode |
Kelebihan |
Kekurangan |
Internal Flash Trigger (Pop-Up) |
Simpel, tanpa biaya tambahan, mendukung TTL (selama off-shoe flash juga mendukung TTL) |
Kadang Flash internal menggangu konsep pencahayaan (arah dan posisi sumber cahaya statis) |
3rd Party Wireless Trigger |
Arah dan posisi sumber cahaya (flash) dapat diatur secara fleksibel |
Butuh perangkat tambahan, sampai saat ini belum ada yang support wireless TTL (kecuali produk ini) |
On-Shoe Flash Wireless Trigger |
Mendukung mode automatic (TTL) |
Mahal (membutuhkan on-shoe flash yang support wireless trigger master), cahaya dari on-shoe flash masih bisa menggangu obyek |
Akhirnya saya memutuskan untuk membeli 2 unit flash: Nissin Di866 Mark II (for Sony) dan Yongnuo YN560 (3rd party dengan hotshoe universal).
Flash Nissin Di866 Mark II
Flash Nissin Di866 Mark II saya pilih karena harganya yang lebih murah dibandingkan dengan flash brand sony dengan GN yang relatif sama. Flash nissin Di866 Mark II juga bisa difungsikan sebagai wireless master controller jika kelak saya membeli unit flash lain. TTL dan HSS juga didukung oleh flash ini.
Flash Yongnuo YN560
Flash Yongnuo YN560 saya pilih karena harganya yang murah dengan GN besar, namun hanya support mode manual. Sebagai pelengkap saya juga membeli sepasang wireless transmitter dan receiver PT-04 S1 dan 1 buah receiver PT-04 NE (universal Hot Shoe).
Uji Coba 1: Trigger PT-04 S1 dan Receiver PT-04 S1
Menggunakan satu buah flash ditambahkan umbrella softbox sebagai light modifier agar cahaya yang jatuh lebih soft. Flash diposisikan di atas obyek, seperti tergambar pada diagram di bawah ini:
Shutter Speed diset pada: 1/160s (X-sync speed), Aperture F8, menggunakan Tamron 17-50 F2.8, Flash Nissin Di866 mode manual pada power 1/2.
Hasil foto menggunakan lighting diagram di atas
Receiver PT-04 S1 | Receiver PT-04 NE |
Yongnuo YN560 | Flash Shoe Type H |
Flash Yongnuo YN 560 dengan Receiver PT-04 NE |
Uji Coba 2: Trigger PT-04 S1 dan Receiver PT-04 NE (Trigger beda seri)
Untuk melakukan percobaan trigger wireless beda tipe, saya menggunakan konfigurasi seperti di bawah ini:
Konfigurasi yang digunakan sebagai berikut Shutter Speed diset pada: 1/160s (X-sync speed), Aperture F8, menggunakan lensa Tamron 17-50 F2.8.
Menggunakan dua buah flash ditambahkan umbrella softbox sebagai light modifier agar cahaya yang jatuh lebih soft. Di866 Mark II saya set mode manual dengan power 1/2 (key-light) dan YN560 pada mode manual dengan power 1/2 dan 1/1 (sebagai Fill-in). Berikut perbandingan hasil dari perubahan power YN560
Single Flash Di866 Mark II (1/2) | Di8666 Mark II (1/2) + YN560 (1/2) |
Di8666 Mark II (1/2) + YN560 (1/1) |
Terlihat dengan peningkatan power dari flash fill-in (YN560) dapat mengurangi intensitas bayangan di sisi kanan obyek foto.
Kesimpulan
Menggunakan sistem wireless flash, ternyata flash YN560 + PT-04 NE berhasil di trigger menggunakan PT-04 S1 walaupun sejatinya PT-04 NE memiliki universal hotshoe (non-Sony). Sehingga ada alternatif terjangkau untuk melakukan wireless flash menggunakan flash-flash manual dari merek non-sony ataupun 3rd party for sony, dengan catatan hanya dapat digunakan pada mode Manual.
benny