Akhirnya perjalanan jauh yang pertama bagi si bayi terjadi juga, pada tanggal 2 Januari dengan jadwal keberangkatan pukul 17.00 kami sudah check-in pukul 15.00, namun sayang ternyata kursi depan yang rencananya akan kami pesan sudah terlanjur diambil orang. Jadilah kami duduk di urutan 18, persis di bagian sayap pesawat . Beruntung seat yang kami ambil ada yang di-cancel, jadi kami masih punya cadangan 1 seat kosong untuk si bayi. Pelajarannya adalah, untuk beberapa maskapai (misal: citilink) pesanlah tempat duduk ketika membeli tiket, yang biasanya disertai dengan charge tambahan.
Seperti yang sudah kami waspadai, ternyata penerbangan kami ditunda hingga total 1 jam 45 menit, dan baru take-off pukul 19.25. Untungnya si bayi tidak rewel selama menunggu, jadi kami sebagai orang tua pun tidak merasa kerepotan. Lumayan, kami diberi kompensasi satu roti papab*nz plus sebotol air mineral.
Ketika masuk pesawat dan menunggu take-off si bayi sempat menangis cukup kencang, barangkali karena suasana bangku yang sempit membuat dia tidak nyaman dan menangis, beruntung ketika proses take-off justru si bayi jadi sangat kooperatif dan bisa minum susu dengan tenang dan tertidur pulas… sampai pesawat kami mendarat di bandara internasional minangkabau . Perjalanan hanya menempuh sekitar 1 jam 20 menit (padahal dari jadwal akan memakan waktu 1 jam 45 menit) cuaca yang cukup bersahabat membuat perjalanan ini terasa nyaman. Kesan pertama ketika sampai di bandara internasional ini… hehehe kok tidak terasa seperti bandara internasional yah …
Lanjut ke perjalanan ke rumah kakak istri saya, kami dijemput di bandara oleh kakak istri sekeluarga (lengkap dengan anaknya yang berumur 4 tahun). Lokasi yang kami tuju adalah daerah Parak Karakah, perjalanan berjarak 25 km memakan waktu tempuh sekitar 45 menit dengan kondisi jalan yang relatif sepi dan minim penerangan, memaksa kami memacu kendaraan dengan ekstra hati-hati.
Sarapan Pagi
Keesokan paginya, kami berjalan kaki menyusuri jalan parak karakah dan membeli sarapan pagi persis di tepi sungai pertigaan jalan parak karakah. Disana menyediakan menu sarapan khas padang berupa pical (mirip dengan pecel) dan lontong sayur. Untuk menu lontong sayur, rasanya mirip dengan lontong sayur yang umum ditemui di Jakarta. Untuk menu pical, bumbu kacang yang digunakan juga mirip dengan bumbu kacang pecel yang umum ditemui, perbedaannya hanyalah penggunaan mie kuning yang dicampur.
Selanjutnya kami akan melakukan perjalanan menuju Danau Kembar di daerah alahan panjang.
Comments