Energi Surya: seberapa potensial? | the atmojo

Pembangkit listrik tenaga surya, sepertinya masih merupakan barang yang langka bagi negeri kita. Seberapa potensial sebenarnya energi terbarukan yang satu ini?

Pembangkit listrik tenaga surya yang sering kali diasosiasikan dengan teknologi modern nampaknya belum banyak diminati di Indonesia. Alasannya klise, masih terlalu mahal!!. Betul dari segi keekonomian belum bisa bersaing dengan biaya listrik dari PLN yang sangat murah karena faktor subsidi. Apalagi biaya investasi awal untuk instalasi panel surya serta sistem baterai nya saja sudah berlipat – lipat dari biaya pemasangan listrik PLN. Tidak heran jika energi ini masih belum laku di negeri ini.

Sebenarnya seberapa besar potensi energi surya?

Menurut direktur Institut Fraunhofer, kebutuhan manusia di bumi akan total daya listrik sekitar 16 teraWatt (triliun Watt). Sedangkan sinar matahari yang mencapai daratan bumi diperkirakan mencapai 120.000 teraWatt !!. Dari sudut pandang ini energi surya bisa dikatakan tak terbatas.

Untuk merubah energi surya menjadi energi listrik, bisa dilakukan dengan dua cara:

  1. Panel fotovoltaik
  2. Memproduksi uap yang menggerakan turbin

Saat ini cara produksi uap lebih efisien jika dibandingkan dengan panel fotovoltaik. Namun, kelemahannya produksi uap membutuhkan lahan yang besar dan jalur transmisi ke pengguna. Sedangkan, panel fotovoltaik bisa ditempatkan sedekat mungkin dengan pengguna, misal di atap rumah atau halaman rumah.

Permasalahan lain adalah, energi ini hanya tersedia selama matahari bersinar. Ketika malam hari otomatis energi surya tidak bisa dimanfaatkan. Maka ketika matahari bersinar, energi listrik yang dihasilkan dibagi dalam penggunaan langsung dan penyimpanan untuk waktu malam.

Dalam perkembangan teknologi terbaru, efisiensi dari panel fotovoltaik hanya berkisar 10 – 20% sedangkan produksi uap mencapai 24%, masih jauh dari rasio daya yang dihasilkan terhadap ketersediaan lahan.

“There is nothing so useless as doing efficiently that which should not be done at all”